Narasi Bahasa

 SANDHAYA oleh:Aurel Dheanita J tahun:2024 sandhaya.....  kau hadir memberi keindahan kau pergi meninggalkan keluhan yang hanya remang nampak di kejauhan Aku titip pembuka mentarimu kini jauh berbeda padamu asa aku berharap ada Senjamu membawa cerita tentang kamu yang datang memberi kenyamanan dan pergi meninggalkan harapan

AKU oleh: Darin Aflaha Surakarta, 2 Mei 2024 Di balik kabut, aku melangkah Menapaki jalan tanpa henti Di dalam hati, ada sebuah tanya  Tentang aku dan dunia Aku meraba, dunia yang hampir mati ini Penuh warna dan rahasia tersembunyi Dalam pelukan waktu yang tak kunjung usai Aku dan dunia, dalam tangis dan tawa Pada tiap langkah, aku mencari arti Tidak menahu, akan yang tersembunyi Dalam irama alam yang tiada henti Aku dan dunia, dalan satu perjalanan ini Takdir yang tercipta, mengikat kita bersama Dalam perjalanan yang tak terlihat ujungnya

ƒℓαรɦɓα૮ҡ Melisa Aristyana, Seorang chef terkenal pada zamannya. Ia adalah pemilik toko roti bernama 'Savaga's bakery'. Roti yang dijualnya sangat lembut dan rasanya pun lezat. Roti itu dibuat dengan resep khusus, tidak sembarang orang bisa mengetahui isi resep itu. Seorang artis terkenal pernah datang ke toko roti miliknya, tak sedikit orang yang menjadi penasaran dengan rasa roti milik Melisa. Hingga saat Melisa sudah tua dan tidak dapat melanjutkan profesi nya sebagai seorang chef, ia mengundurkan diri dari jabatannya. Pada tahun 1993, Satu-satunya putri Melisa yakni Ghea Aristyana, akan menikah dengan seorang pemilik perusahaan besar di jakarta. Pernikahan tersebut berlangsung dengan lancar. Banyak tamu yang datang dari luar kota, untuk mengucapkan selamat atas pernikahan mereka.     "Selamat atas pernikahan kalian, semoga cepat diberi putra. " Ucap salah seorang tamu undangan. Acara terakhir, yakni foto keluarga besar diatas panggung. baik dari pihak laki-lak...

 Gerimis membungkus udara sejak tadi malam. Suasana terasa tenteram, damai, dan dingin. Di sebuah rumah megah berhalaman luas. Lantainya berlapiskan marmer, terlihat bersih dan kinclong sejauh mata memandang. Di halaman, pohon tabebuya berbaris rapi dengan tinggi yang sama. Juga deretan bougenville warna-warni, berselang-seling dengan pohon alocasia berusia belasan tahun. Air hujan membasuh lembut semuanya."Sarapan sudah disiapkan?" Wijaya Bravaska, seorang laki-laki usia tiga puluhan, melintasi bingkai pintu sambil berseru. Dia adalah pemilik rumah. Perawakannya tinggi gagah, dengan tatapan mata yang tajam. "Sudah, tuan." Bi Jena yang baru saja selesai menyiapkan sarapan, sedikit membungkuk menjawab. Dia pembantu keluarga. Sejak subuh sudah memasak makanan untuk mereka.Sesaat setelah Pak Wijaya menyelesaikan makanan nya, terlihat Sagara melintasi meja makan untuk berangkat ke sekolah.      "Papa pergi dulu. Sekolah yang benar, jangan membuat ulah" Ucap Pa...